Kamis, 03 April 2014

Mengenal Gejala Hiportemia dan Cara Mengatasinya

Mengenal Gejala Hiportemia dan Cara Mengatasinya
 
Di usianya yang masih sangat muda, Shizuko Rizmadhani (16), ditemukan tak lagi bernyawa akibat terserang hipotermia saat mendaki Gunung Gede. Pelajaran penting, adakah kita sadar akan bahaya hipotermia diam-diam bisa merenggut nyawa?

Jangan-jangan, soal hipotermia dan penyebabnya pun kita tak tahu dan mau tahu!
 
Hypothermia atau hipotermia adalah kondisi kehilangan suhu panas tubuh atau suhu tubuh dalam keadaan menurun hingga 35 derajad celcius. Mirisnya, bukan kali ini saja kasus kematian pendaki terjadi akibat serangan hipotermia. Banyak kejadian seperti ini yang dialami para pendaki.

Umumnya, selain karena faktor perencanaan dan persiapan pendakian, banyak pendaki pemula minim pengetahuan terkait hal-hal non teknis seperti hipotermia ini. Di usia sangat muda, banyak pendaki yang saking semangat tinggi, apalagi jika terlalu ingin dibilang kuat oleh rekan sesama pendakiannya, melupakan hal ini.

Lelah tak dirasa, basah dan dinginnya tubuh tak dinyana, hingga tak sadar, nyawa sudah di ujung kepala. Sebetulnya, ada beberapa gejala yang bisa dikenali dari tiap stadium hipotermia tersebut. Rata-rata, kemunculan gejala ini terkesan sepele sehingga kerap diabaikan. Simak berikut ini:

RINGAN

  • Terjadi penyempitan pembuluh darah di permukaan
  • Merinding hebat, pelan-pelan semakin sering.

SEDANG

  •  Terjadi penyempitan pembuluh darah di permukaan
  •  Merinding hebat, pelan-pelan semakin sering.
  •  Mulai sulit melakukan gerakan tubuh yang rumit, seperti mencengkeram, atau memanjat, meskipun si pendaki masih bisa berjalan dan berbicara normal. 

BERAT

  • Merinding makin hebat dan datang bergelombang, dan tiba-tiba berhenti. Makin lama fase berhenti merinding semakin panjang, hingga akhirnya benar-benar berhenti. Hal ini disebabkan glikogen yang dibakar di dalam otot sudah tidak mencukupi untuk melawan suhu tubuh yang terus menurun. Akibatnya, tubuh berhenti merinding untuk menjaga glukosa.
  • Korban jatuh dan tak bisa berjalan/melangkah, kemudian meringkuk untuk menjaga panas tubuhnya.
  • Otot mulai kaku. Ini terjadi akibat aliran darah ke permukaan berkurang dan disebabkan oleh pembentukan asam laktat dan karbondioksida di dalam otot.
  • Kulit terlihat mulai pucat.
  • Bola mata tampak membesar.
  • Denyut nadi terasa menurun pada suhu 30 derajad Celcius, kondisi tubuh masuk ke dalam fase penghentian metabolisme. Korban tampak seperti mati, padahal sebetulnya masih hidup
  • Pada suhu internal 32 derajad Celcius, tubuh berusaha memasuki fase hibernasi, menghentikan seluruh aliran darah permukaan dan mengurangi aktivitas jantung

Tanpa dilandasi pemahaman yang baik, kondisi seorang pendaki yang terkena sergapan hipotermia mulai stadium ringan hingga berat memang terkadang sulit diketahui. Tak jarang, dalam kondisi si pendaki "sadar tapi sebetulnya masih hidup" dianggap seperti kerasukan mahluk halus atau kesurupan.

Lantaran ini, penanganan bahaya hipotermia malah terlambat, bahkan salah kaprah. Ini yang bahaya!
 
 
 
Bantuan Petama Pengobatan Penyakit Hipotermia :
 
  • Jadilah lembut. Ketika Anda membantu seseorang dengan hipotermia, menangani dia dengan lembut. Batasi gerakan hanya orang-orang yang diperlukan. Jangan memijat atau menggosok orang tersebut. Berlebihan, gerakan kuat atau menggelegar dapat memicu serangan jantung.
  • ·    Pindahkan orang keluar dari dingin. Pindahkan orang ke lokasi, hangat kering jika memungkinkan. Jika Anda tidak dapat memindahkan orang keluar dari dingin, melindunginya atau dia dari dingin dan angin sebanyak mungkin.
  • ·     Lepaskan pakaian basah. Jika orang itu memakai pakaian basah, keluarkan. Memotong pakaian jika diperlukan untuk menghindari gerakan yang berlebihan.
  • ·     Tutup orang dengan selimut Gunakan lapisan selimut kering atau mantel untuk menghangatkan orang tersebut.. Menutupi kepala seseorang, hanya menyisakan wajah terkena.
  • ·     Melindungi tubuh seseorang dari tanah yang dingin. Jika Anda berada di luar, orang awam pada punggungnya di atas selimut atau permukaan hangat lainnya.
  • ·     Memantau pernapasan. Seseorang dengan hipotermia berat dapat muncul sadar, tanpa tanda-tanda jelas dari pulsa atau pernapasan.Jika pernapasan seseorang telah berhenti atau muncul sangat rendah atau dangkal, mulai resusitasi cardiopulmonary (CPR) segera jika Anda terlatih.
  • ·     Berbagi panas tubuh. Untuk menghangatkan tubuh seseorang, lepaskan pakaian Anda dan berbaring di samping orang tersebut, membuat kulit-ke-kulit. Kemudian menutupi kedua tubuh Anda dengan selimut.
  • ·     Menyediakan minuman hangat. Jika orang yang terkena adalah waspada dan mampu menelan, memberikan, hangat alkohol, minuman noncaffeinated untuk membantu menghangatkan tubuh.
  • ·    Gunakan hangat, kompres kering. Gunakan kompres hangat pertolongan pertama (kantong berisi cairan plastik yang menghangat saat diperas), atau kompres darurat air hangat dalam botol plastik atau handuk pengering-hangat. Terapkan kompres hanya ke leher, dinding dada atau pangkal paha. Jangan menerapkan kompres hangat pada lengan atau kaki. Panas diterapkan pada lengan dan kaki memaksa darah dingin kembali ke paru-paru jantung, dan otak, menyebabkan suhu tubuh inti menurun. Hal ini bisa berakibat fatal.
  • ·    Jangan menerapkan panas langsung. Jangan gunakan air panas, bantal pemanas atau lampu pemanas untuk menghangatkan orang tersebut. Panas yang ekstrim dapat merusak kulit atau bahkan lebih buruk, menyebabkan detak jantung tidak teratur begitu parah sehingga mereka dapat menyebabkan jantung berhenti.
 
(Sumber: Panduan BKP Mapala UI 2012 dan sumber -  sumber lainnya).

Rabu, 02 April 2014

Teknik Packing Barang Dalam Tas Carrier

Teknik Packing Barang Dalam Tas Carrier
 
Teknik packing dalam tas carrier (pengepakan) saat melakukan kegitan outdoor sangat diperlukan sehingga barang-barang yang kita bawa dapat kita bawa dengan ringkas. Prinsip utama dari packing adalah menyusun barang dengan efisien, rapi tanpa harus merepotkan selama perjalanan. Dengan pengepakan yang baik ransel akan mampu memuat peralatan dengan efisien namun tetap terasa nyaman dikenakan saat perjalanan. Dan yang pasti teknik packing yang benar membuat ransel tas carrier muat banyak tapi tidak memberatkan.

Packing Tips Tas Carrier yang harus diperhatikan antara lain:

1. Sebaiknya masukkan matras dalam ransel !!
 
Sebagian orang memang lebih menyukai menempatkan matras tidur di luar carrier. Namun dengan meletakkan matras melingkar di dalam carrier bentuk ransel akan lebih tegak dan lebih mudah saat melakukan packing ataupun mengambil barang dari dalam tas. Jangan meletakkan matras di luar ransel. Menggantungkan benda di luar ransel selain kurang rapi, berkesan berantakan, juga beresiko tersangkut-sangkut semak atau sejenisnya sehingga akan mengganggu perjalanan.Usahakan semuanya dapat dipacking ke dalam ransel.

2. Letakkan barang terberat di paling atas

Letakkan barang yang berat pada bagian teratas dan terdekat dengan punggung.Dengan meletakkan barang-barang yang berat di bagian atas, beban terberat ransel akan jatuh di pundak. Jika tidak, berat badan akan membebani pinggul sehingga kaki kurang bebas bergerak dan cepat merasa lelah karena beban backpack anda menekan pinggul belakang.

3. Membagi berat beban secara seimbang antara bagian kanan dan kiri pundak
 
Letakkan barang sehingga beban antara bagian kiri dan kanan ransel seimbang. Tujuannya adalah agar tidak menyiksa salah satu bagian pundak, dan memudahkan anda menjaga keseimbangan dalam menghadapi jalur berbahaya yang membutuhkan keseimbangan. Beban yang tidak seimbang akan mengganggu keseimbangan tubuh apalagi mengingat jalur pendakian yang biasanya melalui medan-medan yang sulit seperti : meniti jembatan dari sebatang pohon, berjalan dibibir jurang, melewati tanjakan dan keadaan lainnya.

4. Maksimalkan ruang-ruang yang ada
 
Barang-barang yang memiliki ruang kosong bagian dalamnya seperti nasting (panci serba guna) jangan dibiarkan kosong tetapi isilah dengan barang-barang lain semisal beras, telur dll.

5. Urutkan barang sesuai waktu penggunaanya
 
Barang-barang yang akan segera dipakai letakkan dibagian atas saat packing. Dan sebaliknya, barang yang kemungkinan dipakai belakangan dibagian bawah. Saat melakukan packing tempatkan barang yang sering digunakan pada tempat yang mudah dicapai pada saat diperlukan, misalnya: rain coat (ponco) atau kotak P3K dan obat-obatan adalah barang yang sewaktu-waktu diperlukan dalam perjalanan. Barang-barang ini dapat diletakkan di bagian atas ransel atau pada kantong-kantong di luar ransel atau pada kantong samping Carrier sehingga saat membutuhkan dapat mengambilnya dengan cepat.

6. Kelompokkan barang-barang yang akan dibawa dan Lindungi barang yg mudah pecah
 
Sebelum di packing dalam ransel kelompokkanlah dahulu barang-barang dan masukkan ke dalam kantong plastik yang tidak tembus air, terutama pakaian tidur atau pakaian cadangan, kertas kertas, buku, dll. Kemudian benda mudah pecah seperti telur sebaiknya dimasukkan ke dalam wadah yang kuat.

7. Bawalah tas tambahan
 
Bila memungkinkan bawalah tas tambahan semisal tas kecil yang bisa dikenakan di paha. Tas ini bisa untuk mewadahi barang-barang yang sering dikeluarmasukkan semacam kamera saku, handphone, ipod, kompas dan peralatan lain yg memungkinkan.
Mengenai berat maksimal yang dapat diangkat oleh anda, sebenarnya adalah suatu angka yang relatif, patokan umum idealnya adalah 1 / 3 dari berat badan anda , tetapi ini kembali lagi ke kemampuan fisik setiap individu, yang terbaik adalah dengan tidak memaksakan diri, lagi pula anda dapat menyiasati pemilihan barang yang akan dibawa dengan selalu memilih barang atau alat yang berfungsi ganda dengan bobot yang ringan dan hanya membawa
barang yang benar – benar perlu.

Dikutip dari berbagai sumber yang ada, semoga membatu anda dalam melalukan pendakian. semoga bermanfaat. salam lestari.